Damai Sejahtera memakai kata “Shalom” dan memiliki arti: Kesejahteraan, kebebasan dari rasa takut serta kebahagiaan saat bangun hubungan dengan Allah, orang lain dan ciptaan lainnya.
Damai Sejahtera yang Diciptakan Oleh Allah
Damai Sejahtera merupakan hasil karya penebusan Kristus yang dilakukan melalui korban salib dan kebangkitan-Nya. Paulus menyebut kata damai Sejahtera 3 kali dalam Efesus 2:11-18. Pertama, Kristus adalah sumber damai Sejahtera kita. Kedua, Dia telah memperdamaikan orang bukan Yahudi dengan orang Yahudi dengan cara menghapuskan dosa melalui salib. Dan yang ketiga, Melalui pemberitaan para rasul, Kristus datang dan memberitakan damai Sejahtera kepada orang orang yang dahulu jauh.
Damai Sejahtera yang diberikan Allah
Ada dua dimensi damai Sejahtera yang ada dalam pemikiran Paulus, yaitu:
Damai Sejahtera yang Dikehendaki Allah
Allah meminta agar kita mengupayakan damai Sejahtera dalam cara hidup kita. Allah terlebih dahulu menciptakan perdamaian antara Diri-Nya dengan manusia melalui korban di atas kayu salib. Allah memanggil kita untuk memiliki damai Sejahtera dengan orang lain.
Ketidaksepakatan bahkan perselisihan baik secara teologis maupun praktis di antara orang Yahudi dan non Yahudi pengikut Kristus yang memiliki latar belakang budaya dan agama satu dengan lainnya merupakan batu ujian dalam menghasilkan damai Sejahtera Allah. Paulus meminta agar mereka saling menerima dan menghindari mempertengkarkan hal-hal yang menimbulkan perselisihan. Ini bukan berarti Paulus hendak mengajarkan bahwa setiap orang harus selalu sependapat dengan orang lain, melainkan berupaya menerima satu sama lain yang walaupun memiliki perbedaan pendapat namun mereka tetap tinggal percaya dan mencintai Tuhan. Dan di Roma 14:3, dinyatakan bahwa tidak boleh ada tindakan mengejek atau menghakimi satu sama lain.
Kita Dikendalikan Oleh Kasih (Roma 14:13-23).
Rasul Paulus mengatakan orang Kristen bebas makan atau minum apapun yang diterima dengan ucapan Syukur, akan tetapi dengan memamerkan kebebasan tersebut kepada orang Kristen lain tanpa kepekaan pada perasaan mereka maka sama artinya kita telah gagal mempaktikkan kasih kristiani dan ini adalah dosa yang sangat serius (1 Korintus 8 dan 10). Pengikut Kristus seharusnya memiliki keseimbangan dalam bersikap kapan seseorang bertindak dengan kebebasan dan kedewasaan dan kapan menunjukkan kasih kepekaan dalam menahan diri melakukan sesuatu.
Kita Harus Dibentuk oleh Teladan Kristus (Roma 15:1-8).
Orang yang memiliki pikiran Kristus ada upaya untuk menyelesaikan konflik bukan justru memperbesar konflik yang menimbulkan kesalahpahaman dan perpecahan. Bukankah kita harus cepat dalam meminta maaf dan menyatakan penyesalan bahkan ketika berada di pihak yang tidak bersalah (Matius 18:15-17).
Pertanyaan untuk direnungkan: